Halo Tecstar dan semuanya. Namaku, Stevanny Yuliana. Orang biasa memanggilku dengan nama Stevie. Umurku bisa dibilang bukan remaja lagi dan tidak muda lagi pastinya. Setiap harinya kurasa, adalah hari Ayah, karena setiap harinya aku selalu memanfaatkan waktu untuk membuatnya bahagia. Selain Ibu, Ayah merupakan Pahlawan terbaikku. Kuingin rasanya mengutarakan kepada Ayah, bahwa Stevie kecil sangat sayang pada Ayah, namun semakin besar semakin sulit diucapkan langsung, namun dibalik hatiku yang terdalam, tersimpan rasa dan kata-kata sayang yang begitu besar untuk Ayah.
Ayah itu begitu tangguh berjuang demi keluarganya atau bisa dibilang bertanggung jawab, baik hatinya kepada semua orang, dan sangat suka menolong tanpa melihat keadaannya sama sekali, segala kesusahan maupun kesedihannya tak pernah terlihat sedikitpun dan tersembunyi di balik raut wajahNya.
Waktu pun cepat sekali berlalu begitu saja tanpa menungguku untuk cepat-cepat membahagiakan Ayahku bahkan membalas segala pengorbanan yang selama ini dilakukanNya. Rambutnya pun sudah mulai tumbuh rambut-rambut putih dengan raut wajah yang penuh kerutan. Hati ini, ketika melihatnya semakin lama semakin tua, semakin sedih. Andai saja, Ayah selalu muda dan aku bisa menyempurnakan wajahnya dengan penuh tawa kebahagiaan.
Sepanjang hidupku, peranan Ayah selalu Ada di dalamnya. Tanpa Ayah, mungkin aku tidak ada apa-apanya ataupun menjadi seperti sekarang ini, memiliki sejuta impian yang ingin kuwujudkan untuk jadi yang terbaik. Kalau diingat kembali, rasanya hati ini begitu penuh haru, seakan Aku selalu mengingat cerita pengorbanan Ayahku dari nenekku.
Bermula ketika aku masih kecil, Ayah lah yang selalu menjagaku sampai aku tertidur pulas, Ayah juga yang memakaikan popok untukku, bahkan ketika aku sakit keras, Ayah yang selalu menjaga sampai waktu untuk tidurpun tak dipikirkanNya.
Tidak hanya itu saja, dari pendidikanku, Ayahlah yang selalu membimbing dan mengajariku sampai akhirnya aku mendapat prestasi yang bagus di sekolahku.
Aku masih ingat, ketika aku kecil, Ayah jugalah yang mengajariku bagaimana mengucapkan terima kasih. Ketika Ayah dan aku berbelanja di Supermarket, aku ingin sesuatu, lalu Ayah selalu mengatakan, jangan lupa bilang apa..terima kasih...dengan senyuman yang hangat. Ayah selalu bilang, kita harus menghargai atas apa yang orang berikan kepada kita. Kata-kata itu selalu ternyiang di pikiranku. Oleh karena itu, sampai sekarang, ketika aku berbelanja dimana osaja, aku selalu mengucapkan terima kasih.
Bukan hanya itu saja, ketika ibu sakit, aku pun sangat lapar, Ayahlah yang memasakkan makanan kesukaanku. Ayah sangat penyayang, Hal itu terlihat dari setiap tindakan yang dilakukanNya. Ayah selalu membantu Ibu di dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Aku sangat kagum punya Ayah seperti Ayah. Ayah memang Pahlawan terbaikku di dunia.
Ayah pun setiap hari bekerja keras tanpa henti-hentinya. Tak ada waktu libur baginya, waktu untuk bersenang-senang pun sudah tidak ada lagi. Waktunya hanya Ayah curahkan untuk hidupku baik untuk kebutuhan sehari-hari, pendidikan yang terbaik, maupun untuk masa depanku kelak.
Aku selalu berpikir, bagaimana caranya supaya aku dapat membalas kebaikannya, sampai suatu hari, akhirnya aku berpikir untuk membantu usahanya walaupun statusku masih pekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Setiap detik, menit maupun jam, aku slalu manfaatkan itu sebaik mungkin untuk meringankan segala pekerjaannya. Aku belajar bagaimana,
Jika kita ingin bahagiakan orang tua kita, lakukanlah yang terbaik dari sekarang, walaupun hal itu kecil sekalipun. Usaha yang terbaik untuk kebahagiaan seseorang yang kita cintai, tentunya kedepannya akan sangat berarti untuk terkenang dengan tidak menyia-nyiakan waktu, melainkan setiap senyuman selalu terpancar diwajah Mereka.
Ayah itu begitu tangguh berjuang demi keluarganya atau bisa dibilang bertanggung jawab, baik hatinya kepada semua orang, dan sangat suka menolong tanpa melihat keadaannya sama sekali, segala kesusahan maupun kesedihannya tak pernah terlihat sedikitpun dan tersembunyi di balik raut wajahNya.
Waktu pun cepat sekali berlalu begitu saja tanpa menungguku untuk cepat-cepat membahagiakan Ayahku bahkan membalas segala pengorbanan yang selama ini dilakukanNya. Rambutnya pun sudah mulai tumbuh rambut-rambut putih dengan raut wajah yang penuh kerutan. Hati ini, ketika melihatnya semakin lama semakin tua, semakin sedih. Andai saja, Ayah selalu muda dan aku bisa menyempurnakan wajahnya dengan penuh tawa kebahagiaan.
Sepanjang hidupku, peranan Ayah selalu Ada di dalamnya. Tanpa Ayah, mungkin aku tidak ada apa-apanya ataupun menjadi seperti sekarang ini, memiliki sejuta impian yang ingin kuwujudkan untuk jadi yang terbaik. Kalau diingat kembali, rasanya hati ini begitu penuh haru, seakan Aku selalu mengingat cerita pengorbanan Ayahku dari nenekku.
Bermula ketika aku masih kecil, Ayah lah yang selalu menjagaku sampai aku tertidur pulas, Ayah juga yang memakaikan popok untukku, bahkan ketika aku sakit keras, Ayah yang selalu menjaga sampai waktu untuk tidurpun tak dipikirkanNya.
Tidak hanya itu saja, dari pendidikanku, Ayahlah yang selalu membimbing dan mengajariku sampai akhirnya aku mendapat prestasi yang bagus di sekolahku.
Aku masih ingat, ketika aku kecil, Ayah jugalah yang mengajariku bagaimana mengucapkan terima kasih. Ketika Ayah dan aku berbelanja di Supermarket, aku ingin sesuatu, lalu Ayah selalu mengatakan, jangan lupa bilang apa..terima kasih...dengan senyuman yang hangat. Ayah selalu bilang, kita harus menghargai atas apa yang orang berikan kepada kita. Kata-kata itu selalu ternyiang di pikiranku. Oleh karena itu, sampai sekarang, ketika aku berbelanja dimana osaja, aku selalu mengucapkan terima kasih.
Bukan hanya itu saja, ketika ibu sakit, aku pun sangat lapar, Ayahlah yang memasakkan makanan kesukaanku. Ayah sangat penyayang, Hal itu terlihat dari setiap tindakan yang dilakukanNya. Ayah selalu membantu Ibu di dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Aku sangat kagum punya Ayah seperti Ayah. Ayah memang Pahlawan terbaikku di dunia.
Ayah pun setiap hari bekerja keras tanpa henti-hentinya. Tak ada waktu libur baginya, waktu untuk bersenang-senang pun sudah tidak ada lagi. Waktunya hanya Ayah curahkan untuk hidupku baik untuk kebutuhan sehari-hari, pendidikan yang terbaik, maupun untuk masa depanku kelak.
Aku selalu berpikir, bagaimana caranya supaya aku dapat membalas kebaikannya, sampai suatu hari, akhirnya aku berpikir untuk membantu usahanya walaupun statusku masih pekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Setiap detik, menit maupun jam, aku slalu manfaatkan itu sebaik mungkin untuk meringankan segala pekerjaannya. Aku belajar bagaimana,
Jika kita ingin bahagiakan orang tua kita, lakukanlah yang terbaik dari sekarang, walaupun hal itu kecil sekalipun. Usaha yang terbaik untuk kebahagiaan seseorang yang kita cintai, tentunya kedepannya akan sangat berarti untuk terkenang dengan tidak menyia-nyiakan waktu, melainkan setiap senyuman selalu terpancar diwajah Mereka.